- Back to Home »
- bola dalam berita »
- Allardyce Ngeledek, Mou Jengkel
Posted by : KOPI NARSIS
Rabu, 29 Januari 2014
Allardyce Ngeledek, Mou Jengkel
Randy Wirayudha - Okezone
Kamis, 30 Januari 2014 06:32 wib
Jose Mario dos Santos Mourinho Felix (Foto: Eddie Keogh/REUTERS)
LONDON – Sudah tak terhitung berapa kali José Mourinho bikin ejekan, sindiran maupun cemoohan terhadap pelatih tim lawan. Tapi kali ini dia yang kena batunya – diledek Sam Allardyce menyusul derbi London antara Chelsea dan West Ham United yang berakhir buntu, 0-0.
Adalah Sam Allardyce, gaffer West Ham yang menertawakan rasa frustrasi Mou – panggilan santai Mourinho, kala menahan imbang The Blues dini hari tadi dengan formula “parkir bus” yang diterapkannya, meniru strategi Mou sendiri saat meladeni Arsenal beberapa waktu lalu dan ketika masih menukangi Real Madrid jika bertemu Barcelona di laga-laga El Clásico.
“Dia tak bisa mengatasinya (strategi parkir bus), kan? José yang malang,” Allardyce yang disusul gelak tawa, sebagaimana dinukil WestLondonSport, Kamis (30/1/2014).
“Secara taktik, kami sudah berhasil. Kami menghentikan (Eden) Hazard, Willian (Borges) dan (Samuel) Eto’o dan kami juga menyetop set-play Chelsea. Dari dua hal itu, kami melumpuhkan mereka,” sambung pelatih yang acap disapa Big Sam itu.
Mou sendiri frustrasi bercampur jengkel, melihat ada tim yang bertandang ke Stamford Bridge, tapi tak punya niat untuk menang – dengan main terbuka, melainkan malah menerapkan sepakbola negatif dengan memasang banyak pilar di barisan belakang.
Baginya itu bukan bagian terbaik dari sepakbola Inggris. Arsitek nyentrik itu pun tak segan menyindir bahwa gaya bermain demikian, tak ubahnya seperti sepakbola di jaman kuda gigit besi – sepakbola di abad 19.
“Saya hanya bilang pada para pemain bahwa memang sulit bermain di sebuah laga di mana hanya satu tim yang bermain. Sepakbola adalah tentang dua tim yang bermain, tapi laga ini hanya satu tim yang bermain dan satunya lagi tidak. Saya bilang pada Sam dan mengulang kata-kata saya, bahwa mereka memang butuh poin, tapi apa dengan bermain seperti itu bisa diterima? Mungkin iya,” ketus Mou.
“Saya tak bisa terus meratap karena saya juga pernah berada di posisi itu. Saya tak tahu jika saya akan tetap melakukan hal yang sama. Mungkin, jadi saya tak ingin mengkritisi. Tapi di saat bersamaan saya juga bilang bahwa ini bukan Premier League. Ini bukan liga terbaik di dunia – ini sepakbola dari abad 19,” tutupnya.
(raw)
Adalah Sam Allardyce, gaffer West Ham yang menertawakan rasa frustrasi Mou – panggilan santai Mourinho, kala menahan imbang The Blues dini hari tadi dengan formula “parkir bus” yang diterapkannya, meniru strategi Mou sendiri saat meladeni Arsenal beberapa waktu lalu dan ketika masih menukangi Real Madrid jika bertemu Barcelona di laga-laga El Clásico.
“Dia tak bisa mengatasinya (strategi parkir bus), kan? José yang malang,” Allardyce yang disusul gelak tawa, sebagaimana dinukil WestLondonSport, Kamis (30/1/2014).
“Secara taktik, kami sudah berhasil. Kami menghentikan (Eden) Hazard, Willian (Borges) dan (Samuel) Eto’o dan kami juga menyetop set-play Chelsea. Dari dua hal itu, kami melumpuhkan mereka,” sambung pelatih yang acap disapa Big Sam itu.
Mou sendiri frustrasi bercampur jengkel, melihat ada tim yang bertandang ke Stamford Bridge, tapi tak punya niat untuk menang – dengan main terbuka, melainkan malah menerapkan sepakbola negatif dengan memasang banyak pilar di barisan belakang.
Baginya itu bukan bagian terbaik dari sepakbola Inggris. Arsitek nyentrik itu pun tak segan menyindir bahwa gaya bermain demikian, tak ubahnya seperti sepakbola di jaman kuda gigit besi – sepakbola di abad 19.
“Saya hanya bilang pada para pemain bahwa memang sulit bermain di sebuah laga di mana hanya satu tim yang bermain. Sepakbola adalah tentang dua tim yang bermain, tapi laga ini hanya satu tim yang bermain dan satunya lagi tidak. Saya bilang pada Sam dan mengulang kata-kata saya, bahwa mereka memang butuh poin, tapi apa dengan bermain seperti itu bisa diterima? Mungkin iya,” ketus Mou.
“Saya tak bisa terus meratap karena saya juga pernah berada di posisi itu. Saya tak tahu jika saya akan tetap melakukan hal yang sama. Mungkin, jadi saya tak ingin mengkritisi. Tapi di saat bersamaan saya juga bilang bahwa ini bukan Premier League. Ini bukan liga terbaik di dunia – ini sepakbola dari abad 19,” tutupnya.
(raw)